Kementan Optimalkan 40.000 Ha di Merauke Melalui Optimasi Lahan dan Mekanisasi Pertanian

mentan marauke

Journal Pangan, – Kementerian Pertanian (Kementan) telah menetapkan Kabupaten Merauke di Provinsi Papua Selatan sebagai penyedia pangan skala luas melalui program modernisasi pertanian dan optimasi lahan (Opla). Program ini diharapkan akan meningkatkan produktivitas pertanian di daerah tersebut dan menjadikannya lumbung pangan utama di Kawasan Timur Indonesia. Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke menyambut baik inisiatif ini, yang mencakup optimasi lahan sekitar 40.000 hektar (Ha).

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menjelaskan bahwa Kabupaten Merauke memiliki potensi lahan pertanian seluas 1,2 juta hektar. Hingga tahun 2023, sekitar 67.612,49 Ha telah dimanfaatkan untuk sektor tanaman pangan dan hortikultura, dengan luas Baku Sawah (LBS) sebesar 42.328,42 Ha. Luas baku sawah tersebut rata-rata ditanami seluas 63.000 Ha setiap tahunnya dengan Indeks Pertanaman 1,7.

Mentan Amran juga menyebutkan bahwa potensi optimasi lahan rawa di Kabupaten Merauke mencapai 44.711 Ha, tersebar di tujuh titik utama yaitu:

  1. Distrik Jagebob (5.060 Ha)
  2. Distrik Kurik (12.742 Ha)
  3. Distrik Malind (6.186 Ha)
  4. Distrik Merauke (1.686 Ha)
  5. Distrik Naukenjerai (261 Ha)
  6. Distrik Semangga (7.027 Ha)
  7. Distrik Tanah Miring (11.746 Ha)

Target awal adalah mengoptimalkan 40.000 Ha di Merauke. Melalui optimasi lahan dan mekanisasi pertanian, diharapkan frekuensi penanaman yang saat ini satu kali setahun dapat ditingkatkan menjadi

2-3 kali setahun. Mentan Amran menyatakan optimisme bahwa target ini akan tercapai secara bertahap, sehingga Kabupaten Merauke dapat berkontribusi signifikan terhadap ketahanan pangan nasional.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil, menambahkan bahwa untuk memastikan keberhasilan program optimasi lahan rawa, selain melakukan perbaikan infrastruktur melalui kegiatan Opla, Kementan juga mengalokasikan 330 unit alat dan mesin pertanian (alsintan) untuk tujuh distrik di Kabupaten Merauke. Rinciannya adalah 200 unit TR4, 30 unit TR2, 80 unit pompa air, dan 20 unit RT.

Ali Jamil menjelaskan bahwa saat ini olah tanah telah dimulai di Kampung Ngguti Bob, Distrik Tanah Miring, Kabupaten Merauke, dengan menggunakan alsintan yang telah dialokasikan. Kegiatan yang dilakukan meliputi normalisasi saluran dan pengolahan lahan rawa pasang surut dengan menggunakan TR4.

Lebih lanjut, Ali Jamil menerangkan bahwa sawah di Kabupaten Merauke umumnya menggunakan sistem polder mini, yang berarti sawah tersebut dikelilingi oleh tanggul dan pematang, dengan sirkulasi air yang diatur menggunakan pompa. Pompa tersebut digunakan pada musim hujan untuk mengurangi genangan air di sawah dan pada musim kering untuk mengisi air dari saluran sekunder ke dalam sawah.

Selain itu, beberapa lahan di Merauke masih memiliki Indeks Pertanaman (IP) 100, yang disebabkan oleh keterbatasan pasokan air dan aksesibilitas. Salah satu solusi yang diusulkan adalah normalisasi saluran atau penempatan pompa air berkapasitas besar untuk mempercepat pengaliran air dari intake ke saluran yang jauh dari intake, serta mempercepat drainase dari area sawah ke saluran pembuangan pada musim hujan.

Upaya-upaya ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas lahan pertanian di Kabupaten Merauke, mendukung program optimasi lahan, dan akhirnya menjadikan Merauke sebagai lumbung pangan yang signifikan di Indonesia. (sumber pertanian.go.id )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *